PROBLEMATIK
Salam jumpa dari 4. Bimo, Dimas, Ivan, Lintang.
-Kita tidak sempurna. Kita tak bisa mengharapkan pemerintah yang
sempurna.-
Sulit untuk tidak dibilang
merupakan potongan gambar yang tak bagus. Indah, apalagi. Tapi, fenomena di
atas adalah fakta. Realita yang mengerikan, namun sebenarnya masih memiliki
probabilitas untuk dibasmi. Utopia memang, tapi tetap ada peluang.
Mereka adalah pejabat.
Manusia-manusia pilihan yang dipercaya untuk memikul pilar-pilar rumah tanah
nusantara. Hanya saja, foto di atas menggambarkan cikal bakal sebuah
instabilitas merujuk pada kehancuran. Satu saja pilar roboh, runtuhlah ibu
pertiwi.
Masalah. Selalu ada masalah.
Negara kita pula punya masalah. Dan di atas kalimat ini, sebuah rumpun pixel memapar gambaran keadaan tahun
ini, hari ini… detik ini. Mengutarakan penjelasan masalah-masalah yang eksis.
Bukan hanya sekedar situasi tidur-saat-rapat,
melainkan lebih. Berikut problematik yang disuguhkan.
1. Para
pejabat yang tidak mencerminkan kedisiplinan.
Adalah sebuah
tugas dasar untuk mengenalkan pada generasi muda sebuah sikap disiplin. Dari
disiplinlah, sebuah rutinitas bisa dijalankan. Dan aksi rutinitas yang
terkomitmen baik dapat memberikan output sesuai
visi dan misi. Coba cek kembali apa visi-misi negeri kita ini. Silahkan pahami
lagi apa semua berjalan sesuai perencanaan.
2. Pejabat-pejabat
yang akrab dengan pelalaian tugas.
Tidak serius,
menumpuk pekerjaan, tidak menuntaskan pekerajaan. Ketiganya memang saling
berkesinambungan, macam sebab-akibat. Entah apa yang dipikirkannya, tapi yang
pasti itu jauh dari kata baik.
3. Kumpulan
pejabat berteman baik dengan malas.
Memang pada
dasarnya manusia dibentuk dari sebuah rasa malas. Namun, seharusnya
profesionalitas mesti diprioritaskan sebagai kewajiban. Apalagi sambil menggandar
pilar.
4. Bentuk
ketakpedulian antarpejabat.
Bukankah
sebenarnya mereka bisa saling tegur? Dapat mengingatkan yang lain?
Individualisme tidak akan menganakpinakkan solusi.
5. Hilangnya
rasa hormat komunitas pejabat di depan simbol-simbol negara.
Di hadapan mereka
itulah sang saka tergerai gagah. Di atas merekalah, sayap garuda membentang.
6. Populasi
pejabat yang tak kenal sikap tanggung jawab.
Tentu, ini sudah
jelas.
Tapi masalah ada untuk
dipecahkan. Masalah hadir untuk kembali mati. Entah dengan cara apa.
Dan dengan berpikir kritis,
kreatif, yang mengkontruksi, sebuah solusi bisa dicari, ditemukan, dan
dilakukan.
SOLUSI YANG ADA NAMUN TIDAK
SUKSES
-
Pemberian surat peringatan pada anggota pejabat
yang dimaksud.
Solusi ini
dengan mudahnya gagal. Surat peringatan tidak menghentikan apapun.
-
Sanksi norma.
Bahkan dengan
cara ini, efek yang dibuat tidak menimbulkan sensasi jera yang cukup.
-
Pembukaan forum.
Beberapa kali
dilakukan, tapi tidak menghasilkan perubahan yang diinginkan.
-
Perbaikan pendidikan moral pada generasi muda.
Masih berlangsung
sampai saat ini. Namun, dalam beberapa kasus, tetap tidak memberikan hasil yang
dimaui. Sebagian lain masih belum memberi efek.
SOLUSI YANG BELUM BISA
TEREALISASIKAN DI INDONESIA PADA SAAT INI
-
Penyadaran diri pejabat oleh diri mereka sendiri.
Adalah
benar-benar sangat sulit untuk dilakukan. Bahkan penulis ingin mengatakan kalau
solusi ini berada sedikit di bawah garis ketakmungkinan. Yakinlah, sebenarnya
mereka tahu akan beban tugas yang mereka emban. Seberapa luhur tanggung jawab
yang membayang-bayangi mereka tiap hari. Tapi, justru itu, untuk sadar akan
semua hal tersebut sepertinya sangat susah.
-
Pemberian hukum pidana.
Adalah solusi yang
terlihat efektif bagi penulis. Namun, kembali pada subjudul di atas,
realisasinya akan amat susah. Mudahnya, masak hanya karena tidur saat rapat,
mereka harus tidur di bui? Bahkan, sepertinya kebijakan seperti ini akan sangat
mudah untuk ditampik.
SOLUSI YANG ADA, NAMUN PERLU
IMPROVISASI
-
Sistem absensi.
Perlu
diperbarui, agar menangkal kebolosan.
-
Pembentukkan undang-undang tentang kedisiplinan
pejabat pemerintah
SOLUSI YANG DISERTAI GAMBAR
IMAJINASI
-
Alat pengontrol oleh pemimpin rapat.
Solusi terbaik yang
bisa penulis pikirkan. Lebih spesifik, alat yang penulis maksud adalah kursi,
atau cincin, atau bisa apapun. Metodenya sederhana. Saat tampak salah satu
anggota rapat “buyar” konsentrasi, pemimpin rapat bisa mentransmisikan sinyal
dari alat pengontrol khusus pada objek yang dituju yang berkontak langsung
dengan tubuh untuk memberikan sebuah efek, yaitu efek kejutan listrik. Dengan
kesetrum, orang bisa dengan mudah terfokus kembali. Tentunya, dengan intensitas
listrik yang tidak membahayakan.
-
Membentuk tim audit.
Jadi, ada
pejabat yang mengawasi pejabat.
Hanya saja, bukan
cara yang menjadi poin pokoknya. Adalah komitmen dan peluang yang berperan.
Rencana yang hebat tidak selalu memberikan dampak yang dahsyat.
Apapun itu, yang
penting problematik ini harus selesai dengan segera. Sebelum satu pilar runtuh.
Sebelum semuanya berubah jadi kenangan, sejarah, dan penyesalan. Selama ada
momentum, kita bisa membangun. Untuk Indonesia!
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar