21 Agustus 2013

Tugas 1 Kelompok 4: Sayap-PROBLEMATIK


PROBLEMATIK
Salam jumpa dari 4. Bimo, Dimas, Ivan, Lintang.
-Kita tidak sempurna. Kita tak bisa mengharapkan pemerintah yang sempurna.-
Sulit untuk tidak dibilang merupakan potongan gambar yang tak bagus. Indah, apalagi. Tapi, fenomena di atas adalah fakta. Realita yang mengerikan, namun sebenarnya masih memiliki probabilitas untuk dibasmi. Utopia memang, tapi tetap ada peluang.
Mereka adalah pejabat. Manusia-manusia pilihan yang dipercaya untuk memikul pilar-pilar rumah tanah nusantara. Hanya saja, foto di atas menggambarkan cikal bakal sebuah instabilitas merujuk pada kehancuran. Satu saja pilar roboh, runtuhlah ibu pertiwi.
Masalah. Selalu ada masalah. Negara kita pula punya masalah. Dan di atas kalimat ini, sebuah rumpun pixel memapar gambaran keadaan tahun ini, hari ini… detik ini. Mengutarakan penjelasan masalah-masalah yang eksis.
Bukan hanya sekedar situasi tidur-saat-rapat, melainkan lebih. Berikut problematik yang disuguhkan.
1.       Para pejabat yang tidak mencerminkan kedisiplinan.
Adalah sebuah tugas dasar untuk mengenalkan pada generasi muda sebuah sikap disiplin. Dari disiplinlah, sebuah rutinitas bisa dijalankan. Dan aksi rutinitas yang terkomitmen baik dapat memberikan output sesuai visi dan misi. Coba cek kembali apa visi-misi negeri kita ini. Silahkan pahami lagi apa semua berjalan sesuai perencanaan.
2.       Pejabat-pejabat yang akrab dengan pelalaian tugas.
Tidak serius, menumpuk pekerjaan, tidak menuntaskan pekerajaan. Ketiganya memang saling berkesinambungan, macam sebab-akibat. Entah apa yang dipikirkannya, tapi yang pasti itu jauh dari kata baik.
3.       Kumpulan pejabat berteman baik dengan malas.
Memang pada dasarnya manusia dibentuk dari sebuah rasa malas. Namun, seharusnya profesionalitas mesti diprioritaskan sebagai kewajiban. Apalagi sambil menggandar pilar.
4.       Bentuk ketakpedulian antarpejabat.
Bukankah sebenarnya mereka bisa saling tegur? Dapat mengingatkan yang lain? Individualisme tidak akan menganakpinakkan solusi.
5.       Hilangnya rasa hormat komunitas pejabat di depan simbol-simbol negara.
Di hadapan mereka itulah sang saka tergerai gagah. Di atas merekalah, sayap garuda membentang.
6.       Populasi pejabat yang tak kenal sikap tanggung jawab.
Tentu, ini sudah jelas.

Tapi masalah ada untuk dipecahkan. Masalah hadir untuk kembali mati. Entah dengan cara apa.
Dan dengan berpikir kritis, kreatif, yang mengkontruksi, sebuah solusi bisa dicari, ditemukan, dan dilakukan.
SOLUSI YANG ADA NAMUN TIDAK SUKSES
-          Pemberian surat peringatan pada anggota pejabat yang dimaksud.
Solusi ini dengan mudahnya gagal. Surat peringatan tidak menghentikan apapun.
-          Sanksi norma.
Bahkan dengan cara ini, efek yang dibuat tidak menimbulkan sensasi jera yang cukup.
-          Pembukaan forum.
Beberapa kali dilakukan, tapi tidak menghasilkan perubahan yang diinginkan.
-          Perbaikan pendidikan moral pada generasi muda.
Masih berlangsung sampai saat ini. Namun, dalam beberapa kasus, tetap tidak memberikan hasil yang dimaui. Sebagian lain masih belum memberi efek.
SOLUSI YANG BELUM BISA TEREALISASIKAN DI INDONESIA PADA SAAT INI
-          Penyadaran diri pejabat oleh diri mereka sendiri.
Adalah benar-benar sangat sulit untuk dilakukan. Bahkan penulis ingin mengatakan kalau solusi ini berada sedikit di bawah garis ketakmungkinan. Yakinlah, sebenarnya mereka tahu akan beban tugas yang mereka emban. Seberapa luhur tanggung jawab yang membayang-bayangi mereka tiap hari. Tapi, justru itu, untuk sadar akan semua hal tersebut sepertinya sangat susah.
-          Pemberian hukum pidana.
Adalah solusi yang terlihat efektif bagi penulis. Namun, kembali pada subjudul di atas, realisasinya akan amat susah. Mudahnya, masak hanya karena tidur saat rapat, mereka harus tidur di bui? Bahkan, sepertinya kebijakan seperti ini akan sangat mudah untuk ditampik.
SOLUSI YANG ADA, NAMUN PERLU IMPROVISASI
-          Sistem absensi.
Perlu diperbarui, agar menangkal kebolosan.
-          Pembentukkan undang-undang tentang kedisiplinan pejabat pemerintah
SOLUSI YANG DISERTAI GAMBAR IMAJINASI
-          Alat pengontrol oleh pemimpin rapat.
Solusi terbaik yang bisa penulis pikirkan. Lebih spesifik, alat yang penulis maksud adalah kursi, atau cincin, atau bisa apapun. Metodenya sederhana. Saat tampak salah satu anggota rapat “buyar” konsentrasi, pemimpin rapat bisa mentransmisikan sinyal dari alat pengontrol khusus pada objek yang dituju yang berkontak langsung dengan tubuh untuk memberikan sebuah efek, yaitu efek kejutan listrik. Dengan kesetrum, orang bisa dengan mudah terfokus kembali. Tentunya, dengan intensitas listrik yang tidak membahayakan.


-          Membentuk tim audit.
Jadi, ada pejabat yang mengawasi pejabat.













Hanya saja, bukan cara yang menjadi poin pokoknya. Adalah komitmen dan peluang yang berperan. Rencana yang hebat tidak selalu memberikan dampak yang dahsyat.

Apapun itu, yang penting problematik ini harus selesai dengan segera. Sebelum satu pilar runtuh. Sebelum semuanya berubah jadi kenangan, sejarah, dan penyesalan. Selama ada momentum, kita bisa membangun. Untuk Indonesia!

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar