Saya Natania Josephine Hutagalung,Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan 2013. mahasiswa Pada 23 Agustus
2013, mahasiswa ITB berkumpul di Sabuga (Sasana Budaya Ganesha) pada pukul 3
siang untuk mendapatkan seminar dari orang-orang yang memberikan kontribusi
yang besar untuk bangsa Indonesia dan mempunyai hubungan sejarah dengan ITB.
Narasumber tersebut adalah:
1. Bapak
Gota Wiryawan, Mentri Perdagangan & Ketua Umum PBSI 2012-2013
2. Indra
Hidayat, anggota Wanadri
3. Ibu
Tri Mumpuni, pemberdaya listrik di Indonesia
4. Saska,
CEO Riset Indonesia, Alumnus STEI ITB
Dengan dibantu
seorang moderator yaitu Maria Selena, Puteri Indonesia yang merupakan alumnus SBM
ITB. Acara seminar ini dibuka oleh kata pengantar Sekretaris Jendral OSKM, lalu
dilanjutkan oleh kata pengantar dari mahasiswa kebanggaan ITB yaitu Kak Nyoman
yang merupakan Ketua Umum KM dan OSKM 2013. Lalu Bapak Kadarsah selaku Wakil
Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan juga memberikan kata pengantar dalam
acara seminar ini.
Acara seminar ini pun akhirnya dimulai dari narasumber pertama yaitu
Bapak Gita Wiryawan. Tema dari topic yang dibicarakan adalah tentang “Pemimpin
yang Berlandasan Kearifan Lokal”. Bapak Gita mengatakan bahwa pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang memikirkan kepentingan rakyatnya. Indonesia adalah
merupakan penyumbang perekonomian dunia nomer 15. Dan ini menunjukan betapa
besar kontribusi Indonesia dalam perdagangan dunia. Namun politik dan ekonomi
di Indonesia takkan tercipta tanpa adanya bekal moral yang baik. Pemimpin yang
baik harus jelas dalam unsure demokrasi, plurarisme dan kemerataan dan harus bisa
mengembangkannya lebih lagi ke jangkauan international.
Pemimpin Indonesia harus didasarkan KEARIFAN LOKAL yang terdiri dari
aspek-aspek teknologi, demokrasi, budaya dan ekonomi. Hal ini disebabkan karena
Indonesia terletak di daerah yang sangat menguntungkan dengan segala kekayaan
didalamnya. Dengan begini harusnya rakyat-rakyat Indonesia seharusnya sudah
bisa memproduksi barang-barangnya sendiri. Tetapi kenyataannya malah terbalik,
Indonesia malah lebih sering memakai barang-barang hasil luar negri. Maka itu,
tugas mahasiswa ITB-lah sebagai pelopor dari perubahan bangsa dengan menjadi
pintu gerbang dalam kemandirian bangsa.
Kalau dilihat dari segi pemeretaan, dulu wilayah perkembangan ekonomi
lebih besar terjadi di pulau Jawa dengan kota-kota seperti Jakarta, Bandung dan
Surabaya sekitar lebih dari 50%. Namun sekarang, pemeraaan ekonomi sudah mulai
terjadi dengan hasilnya 46% investasi bisnis berlangsung di luar Pulau Jawa. Namun
sayangnya di segala perkembangan ekonomi yang terjadi, terdapat juga
kesenjangan social dan ekonomi yang terjadi di tengah masyarakat. Dimana yang
kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Maka itu sangat
dibutuhkannya orang-orang yang berani untuk merubah keadaan itu. Solusi itu
dapat dihasilkan jika terdapat modal yang cukup untuk memulai suatu usaha. Namu
sayangnya dengan suku bunga pinjaman sebesar 15%, hal itu merupakan angka yang
terlalu besar. Sedangkan Negara-negara lain seperti Malaysia hanya memberikan
bunga sebesar 2%.
Maka itu untuk mempertahankan kejayaan ekonomi Indonesia, pemerintah
sudah memberikan dana sebesar Rp. 360 triliun untuk dana pendidikan. Dengan
dana ini, diharapkan pelajar-pelajar di Indonesia dapat memanfaatkannya sebagai
modal untuk pemuda-pemuda masa depan yang dapat merubah nasib bangsa Indonesia.
Pemuda Indonesia harus bisa bersaing melawan investasi luar, dengan memperkaya
diri dengan ilmu teknologi dan pendidikan untuk mengantisipasi investasi luar
negri.
Semangat kesatuan sangat
dibutuhkan bangsa Indonesia untuk membangun kesatuan dalam melawan laju
pertumbuhan ekonomi didunia. Inti dari seminar Bapak Gita adalah Indonesia
butuh pemimpin yang bisa menjawab dengan responsive tantangan dunia dan
permintaan rakyat dengan berdasarkan KEARIFAN LOKAL yang dimiliki negara kita
yang tercinta yaitu, Indonesia. Diakhir seminar Pak Gita yang suka dengan music
jazz, menyempatkan untuk menunjukan keahliannya dalam bidang musik.
Lalu seminar dilanjutkan oleh narasumber selanjutnya yaitu Indra Hidayat,
yang merupakan anggota dari Wanadri. Tema dari topic yang dibicarakan adalah “Cinta
Tanah Air”. Wanadri yang baru-baru ini baru saja menyelesaikan misi mereka
yaitu “7 Summit Expedition”, dimana mereka menjalajahi 7 puncak gunung
tertinggi di dunia, yang salah satunya adalah Gunung Everest.
Di dalam seminar ini, mahasiswa baru ITB diberikan slide-slide yang
berisikan tentang kekayaan alam Indonesia dan mengajarkan mahasiswa bagaimana
seharusnya kita bangga dengan segala kekayaan bangsa Indonesia. Selain itu, topic
ini juga membicarakan bagaimana peran Deklarasi Juanda dalam penetuan luas
wilayah laut di Indonesia. Kakak Indra ini juga menceritakan bagaimana Wanadri
melakukan ekspedisi ke 92 pulau terdepan di Indonesia, lalu menempelkan/menanam
patung Soekarno-Hatta sebagai penanda di pulau itu bahwa pulau tersebut adalah
hal milik Indonesia dan Negara lain tidak bisa seenaknya saja menjadikan pulau
itu sebagai hak milik mereka.
Narasumber selanjutnya adalah Ibu Tri Mumpuni yang merupakan pemberdaya
listrik di Indonesia. Ternyata Ibu Tri ini memiliki suami yang merupakan
Alumnus ITB. Tema yang dibicarakan adalah tentang “ Integritas dan Kompetensi
Pemuda Untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa”. Ibu Tri memulai presentasi
denga menunjukan hubungan antara pengetahuan (logika) dan perasaan (empati)
dalam membentuk akal sehat, hal ini adalah aspek yang sangat penting bagi semua
orang. Lalu Ibu Tri juga menunjukan bukti-bukti bahwa banyak rakyat Indonesia
yang masih kurang beruntung karena tidak bisa menikmati listrik di rumahnya.
Terdapat sekitar 33.000 desa dan 100.000 juta manusia yang kurang beruntung.
Mahasiswa ITB, setelah lulus harus selalu mengingat bahwa banyak rakyat Indonesia
yang masih kurang beruntung, dan
memiliki misi untuk merubah hal tersebut.
Seorang pemimpin muda
harusnya memiliki aspek-aspek ini dalam pengembangan karakter mereka:
1.
Perbaikan visi pembangunan, untuk menciptakan
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
2.
Perubahan paradigm investasi
3.
Perbaikan pertumbuhan usaha
Narasumber terakhir dalam seminar ini adalah kak Saska
yang merupakan CEO Riset Indie dan Alumnus STEI ITB. Riset Indie adalah
kolektif penelitian dalam social, ekonomi dan media. Semua riset yang dilakukan
didanai oleh usaha sendiri dan sumbangan dari berbagai orang. Riset-riset yang
dilakukan adalah:
1.
Project Polaroid :
Dimana proyek ini dilakukan kembali untuk membangkitkan kembali trend
penggunaan kamera Polaroid yang sekarang sudah hamper punah.
2.
Project Animatronic : Proyek tentang membuat robot yang discover
dengan make up effect agar terlihat seperti makhluk hidup.
3.
Angkot Day :
Sebuah penilitian econo-social dimana angkot-angkot di Dago-Kalapa akan disewa
selama seharian dan diproyeksikan sebaik mungkin (tanpa ngetem,dll) agar
masyarakat dapat semakin tertarik dalam menggunakan kendaraan umum. Selama satu
hari tersebut yaitu 20 September 2013, masyarakatk tidak akan dikenakan biaya
dalam menaiki angkot jurusan Dago – Kalapa.
Setelah
keempat narasumber memberikan motivasi-motivasi mereka, pihak ITB memberikan
sebuah kenangan yaitu plakat sebagai bukti terimakasih ITB kepada para
narasumber. Begitu juga kenapa Maria Selena selaku moderator selama seminar.
Inti dari seminar ini adalah memberikan motivasi-motivasi yang terbaik bagi
mahasiswa baru ITB UNTUK membuat Indonesia menjadi Negara yang lebih baik.
SALAM GANESHA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar